aku
masih sangat ingat, ketika pagi itu tanteku datang dan membawa 6 lembar amplop
dalam ikatan karet. heran memang, apa isi dalam amplop sebanyak itu? mendapat
kiriman dari post saya aku tidak pernah.
“dari
siapa te?” tanyaku pada tanteku.
“tante
juga nggak tau. itu tadi ada di kursi depan rumah. terus ternyata itu buat
kamu, ya tante ambil aja.” jawab tanteku santai.
“dibuka
aja, siapa tau dari penggemar rahasia.” celoteh mama.
aku
hanya diam dan memandangi 6 buah amplop itu. kubuka satu persatu amplop
tersebut. ketika mataku menjelajah siapa pengirimnya, dan ternyata nama
pengirim terselip dibagian belakang amplop tersebut. tak asing nama-nama
pengirim itu. sembari tersenyum, satu persatu aku membuka amplop dan mulai
membaca semua isinya. tersenyum dan berakhir tertawa. begitulah ekspresi ketika
aku mulai membaca setiap kata dari amplop tersebut. entahlah, tidak banyak kata
yang bisa aku ucapkan, selain berterimakasih kepada kalian pengirim amplop itu.
waktu berlalu begitu cepat, dan kini kita telah
dewasa. 6 buah amplop itu masih kusimpan rapi disuatu tempat yang aman. namun,
yang aku sayangkan, mengapa kita tak seaman amplop yang aku simpan itu?
suatu
ketika saat aku merapikan kamar tidurku, aku kembali menemukan 6 buah amplop
tersebut. aku membuka kembali isi dari amplop itu. kubaca satu persatu tulisan
tangan dari kalian. yang ku rasakan saat itu adalah rindu. rindu saat aku bersama kalian. kemana mana
kita bersama sama. rindu kalian yang lucu, rindu kalian yang jorok. rindu waktu
kita saling curhat tentang gebetan masing-masing, bahkan rindu waktu kita
curhat sampai nangis. rindu waktu kalian sering gangguin kalo lagi sholat. aku
merasa rindu dengan semua itu.
kita 7
orang anak manusia yang diciptakan berbeda dengan kelemahan dan kelebihan
masing-masing. aku sempat mengira bahwa perbedaan kita bisa menyatukan kita
menjadi sebuah persahabatan yang erat. namun, seiring berjalannya waktu kita
seperti magnet yang saling bertolak. kamu, aku, kalian dan kita kini tak
seperti dulu lagi. kita kini memiliki dunia masing-masing. tapi, apakah dibalik
dunia kita itu kalian pernah memikirkan pertemanan kita untuk bisa seperti dulu
lagi? entahlah. tapi aku selalu berusaha untuk tidak pernah melupakan
orang-orang terdekatku yang semasa itu aku melalui masa-masa susah bersamanya.