Rabu, 11 Juni 2014

Ruang Rindu
Sudah berlembar kertas berserakan di kamar Rindu. Hingga dia akhirnya tersadar kertas itu sudah memenuhi kamarnya. Di susunnya kertas-kertas itu satu persatu. Di bacanya kembali apa yang dia tuliskan. Hampir semua tulisannya mengungkapkan tentang perasaan rindunya kepada seseorang. Sambil tersenyum dia mulai bangkit dan memasukkan kertas-kertasnya ke map berwarna merah miliknya. Tiba-tiba matanya tertuju pada handphone miliknya. Tangannya mulai mengarah untuk menyentuh dan mengambil benda tersebut, seraya melihat wallpaper pada phonselnya. Dia pun kembali tersenyum. “kapan kamu tau kalo aku di sini selalu....” ucapannya terhenti. Dia sadar orang yang dia rindukan kini bukan siapa-siapa lagi baginya.
Pagi itu. cuaca sedang tidak bersahabat. Rintikan air hujan terdengar dari kamar Rindu. Kebetulan hari ini Rindu tidak ada jadwal kuliah, jadi ini waktu yang pas untuk bermalas-malasan di kamarnya. Jarum jam dinding kamar Rindu menunjukan pukul 08.30. tapi, tetap saja Rindu masih terbaring di tempat tidurnya dan dengan selimut berwarna merah jambu yang menutupi tubuhnya.
Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari arah luar kamar Rindu. “Ndu kamu masih tidur?” suara seorang wanita yang terdengar di balik pintu kamar Rindu.
“nggak kok ma. Rindu udah bangun.” Jawab Rindu sembari melompat dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamar.
“mandi dulu, anak perempuan kok jam segini belum mandi.” Kata Ibu Rindu sambil berjalan memasuki kamar Rindu dan membuka jendela kamar Rindu.
“iya ma, nanti ya. Ini masih dingin. Lagian aku nggak ada jadwal kuliah kok ma hari ini.” Jawab Rindu.
“ya walaupun nggak ada jadwal kuliah tapi bukan berarti kamu nggak mandi dong. Udah siang ini.”
“iya mama iya. Rindu mandi.” Kata Rindu sembil berjalan keluar kamar menuju kamar mandi. Sedangkan Ibunya, masih berada di kamar dan memandangi seluruh isi meja belajar Rindu yang penuh dengan kertas hasil tulisannya. Wanita ini hanya tersenyum melihat hal tersebut.
Setelah usai mandi dan sarapan, Rindu kembali ke kamarnya. Handphonenya berdering.
Rindu : ‘halo?’
Angel : ‘halo Ndu. Kamu di rumah nggak?’
Rindu : ‘iya di rumah. Mau ngapain?’
Angel : ‘gue ke sana ya. Mau curhat. Lagian bosen gue di rumah terus.’
Rindu : ‘curhat apaan?’
Angel : ‘udah deh, gue ke sana ya. Daaaaa Rindu.’ Tuuuttuuuuttuuutt
“yah malah di matiin.” Ucapa Rindu sambil memandangi handphonenya.
Tak lama, Angel datang ke rumah Rindu. Dengan segera Angel di persilahkan masuk ke kamar Rindu oleh Ibu Rindu.
Toktok “Rindu.”
“iya. Masuk aja, nggak di kunci kok.” Kata Rindu dari dalam kamar. “eh udah dateng aja kamu.” Sapa Rindu pada Angel. Mereka ini telah lama bersahabat. Bahkan sudah seperti saudara.
Sembari menaruh tasnya, Angel mulai berbicara. “Ndu.”
“apa?” jawab Rindu cuek sambil menatap layar laptopnya.
“ih lo kok cuek banget sih?” kata Angel kesal. “lo ngapain sih?” Angel seolah ingin tau apa yang sedang dilakukan sahabatnya itu di balik layar laptop.
“ciye masih aja inget-inget samaa...” ucap Angel terhenti. “eh diem kamu!” kata Rindu.
“gue ngerti, lo masih  nyimpen perasaan yang sama kan?” ucap Angel.
“eemm nggak kok. Siapa yang nyimpen perasaan?” bantah Rindu. “udah deh, kamu ini nggak usah sok tau ya Ngel.” Kata Rindu sambil menjambak poni Angel.
“eh sakit tau. Kalo nggak bisa move on ya ngomong aja kali Ndu.” Kata Angel sambil tertawa.
“udah deh Ngel. Kamu ini yaaa. Aku udah nggak ada apa-apa lagi sama dia.” Jelas Rindu. Namun, Angel masih saja menggoda Rindu dengan penuh canda. Pembicaraan mereka pun seketika penuh dengan canda.
“keluar yuk Ndu. Jalan-jalan atau kemana gitu.” Ajak Angel yang mulai bosan berada di dalam kamar Rindu.
“bentar, aku ganti baju dulu ya.” Jawab Rindu beranjak dari tempat tidurnya.
Rindu dan Angel pun berpamitan pada Ibu Rindu untuk meminta ijin keluar rumah. “hati-hati ya di jalan.” Ucap Ibu Rindu. “pamit dulu ya tante. Assalamualaikum.” Ucap Angel.
Dengan mengendarai sepede motor, Angel dan Rindu bergegas pergi. Kemana arah roda motor itu pun mereka tak tau. Tiba-tiba Rindu ingat tempat makan yang biasanya di kunjungi bersama kekasihnya dulu. “Ngel, kita ke caffe rainbow ya.” Ajak Rindu. Angel pun hanya menggangguk. Setibanya di sana mereka langsung duduk dan memesan makan yang ada di daftar menu.
Sambil menunggu makanan datang, mereka asik dengan gadget mereka dan candaan mereka yang begitu renyah. Namun pandangan Rindu tertuju pada satu meja dalam caffe tersebut. meja bernomor 56. Seorang pria berbaju hitam yang duduk berhadapan dengan seorang wanita berambut panjang yang mengenakan baju orange. Tampak samping Rindu seperti mengenali sosok pria tersebut. ucapnya lirih “Chris.”
“kamu liat siapa Ndu?” tanya Angel yang melihat Rindu melamun mengarah pada salah satu meja di ujung sana. “itu Chris ya Ngel?” Rindu balik bertanya pada Angel.
“mana?” jawab Angel sambil celingukan. Tiba-tiba “makasih mbak.” Ucap Angel ramah pada pelayan yang mengantar makanan. “Ndu ini makanannya udah dateng. Makan dulu yuk.” Ucap Angel sambil menyodorkan menu pesanan Rindu.
Nafsu makan Rindu seolah turun ketika dia melihat Chris bersama seorang wanita. Apakah Rindu masih merasakan cemburu pada Chris? Chris bukan lagi orang teristimewa dalam hidupnya. Tapi Rindu masih belum bisa melupakan semua kenangan yang di rajutnya bersama Chris dulu. Mungkin Chris sudah bisa melakukan hal itu, tapi tidak dengan Rindu. Sedikit ruang rindu di hatinya masih tersimpan untuk Chris. Dia pun tak ingin berlama-lama di sana dan tak ingin memendam perasaan yang bercampur aduk itu. Bergegaslah dia mengajak Angel pulang. Senyum dan tawanya tak seramah dan seceria ketika dia pertama menjajaki caffe itu dan tak melihat sosok Chris di sana.

Lambat laun, Rindu mulai menata hatinya untuk tidak mengingat sosok Chris lagi. Dia sadar, bahwa Chris bukanlah orang teristimewa lagi dalam hidupnya.