Ruang Rindu
Sudah berlembar
kertas berserakan di kamar Rindu. Hingga dia akhirnya tersadar kertas itu sudah
memenuhi kamarnya. Di susunnya kertas-kertas itu satu persatu. Di bacanya
kembali apa yang dia tuliskan. Hampir semua tulisannya mengungkapkan tentang
perasaan rindunya kepada seseorang. Sambil tersenyum dia mulai bangkit dan
memasukkan kertas-kertasnya ke map berwarna merah miliknya. Tiba-tiba matanya
tertuju pada handphone miliknya. Tangannya mulai mengarah untuk menyentuh dan
mengambil benda tersebut, seraya melihat wallpaper pada phonselnya. Dia pun
kembali tersenyum. “kapan kamu tau kalo aku di sini selalu....” ucapannya
terhenti. Dia sadar orang yang dia rindukan kini bukan siapa-siapa lagi
baginya.
Pagi itu. cuaca
sedang tidak bersahabat. Rintikan air hujan terdengar dari kamar Rindu.
Kebetulan hari ini Rindu tidak ada jadwal kuliah, jadi ini waktu yang pas untuk
bermalas-malasan di kamarnya. Jarum jam dinding kamar Rindu menunjukan pukul
08.30. tapi, tetap saja Rindu masih terbaring di tempat tidurnya dan dengan
selimut berwarna merah jambu yang menutupi tubuhnya.
Tiba-tiba
terdengar ketukan pintu dari arah luar kamar Rindu. “Ndu kamu masih tidur?”
suara seorang wanita yang terdengar di balik pintu kamar Rindu.
“nggak kok ma.
Rindu udah bangun.” Jawab Rindu sembari melompat dari tempat tidurnya dan
membuka pintu kamar.
“mandi dulu, anak
perempuan kok jam segini belum mandi.” Kata Ibu Rindu sambil berjalan memasuki
kamar Rindu dan membuka jendela kamar Rindu.
“iya ma, nanti ya.
Ini masih dingin. Lagian aku nggak ada jadwal kuliah kok ma hari ini.” Jawab
Rindu.
“ya walaupun nggak
ada jadwal kuliah tapi bukan berarti kamu nggak mandi dong. Udah siang ini.”
“iya mama iya.
Rindu mandi.” Kata Rindu sembil berjalan keluar kamar menuju kamar mandi.
Sedangkan Ibunya, masih berada di kamar dan memandangi seluruh isi meja belajar
Rindu yang penuh dengan kertas hasil tulisannya. Wanita ini hanya tersenyum
melihat hal tersebut.
Setelah usai mandi
dan sarapan, Rindu kembali ke kamarnya. Handphonenya berdering.
Rindu : ‘halo?’
Angel : ‘halo Ndu.
Kamu di rumah nggak?’
Rindu : ‘iya di
rumah. Mau ngapain?’
Angel : ‘gue ke
sana ya. Mau curhat. Lagian bosen gue di rumah terus.’
Rindu : ‘curhat
apaan?’
Angel : ‘udah deh,
gue ke sana ya. Daaaaa Rindu.’ Tuuuttuuuuttuuutt
“yah malah di
matiin.” Ucapa Rindu sambil memandangi handphonenya.
Tak lama, Angel
datang ke rumah Rindu. Dengan segera Angel di persilahkan masuk ke kamar Rindu
oleh Ibu Rindu.
Toktok “Rindu.”
“iya. Masuk aja,
nggak di kunci kok.” Kata Rindu dari dalam kamar. “eh udah dateng aja kamu.”
Sapa Rindu pada Angel. Mereka ini telah lama bersahabat. Bahkan sudah seperti
saudara.
Sembari menaruh
tasnya, Angel mulai berbicara. “Ndu.”
“apa?” jawab Rindu
cuek sambil menatap layar laptopnya.
“ih lo kok cuek
banget sih?” kata Angel kesal. “lo ngapain sih?” Angel seolah ingin tau apa
yang sedang dilakukan sahabatnya itu di balik layar laptop.
“ciye masih aja
inget-inget samaa...” ucap Angel terhenti. “eh diem kamu!” kata Rindu.
“gue ngerti, lo
masih nyimpen perasaan yang sama kan?”
ucap Angel.
“eemm nggak kok.
Siapa yang nyimpen perasaan?” bantah Rindu. “udah deh, kamu ini nggak usah sok
tau ya Ngel.” Kata Rindu sambil menjambak poni Angel.
“eh sakit tau.
Kalo nggak bisa move on ya ngomong aja kali Ndu.” Kata Angel sambil tertawa.
“udah deh Ngel.
Kamu ini yaaa. Aku udah nggak ada apa-apa lagi sama dia.” Jelas Rindu. Namun,
Angel masih saja menggoda Rindu dengan penuh canda. Pembicaraan mereka pun
seketika penuh dengan canda.
“keluar yuk Ndu.
Jalan-jalan atau kemana gitu.” Ajak Angel yang mulai bosan berada di dalam
kamar Rindu.
“bentar, aku ganti
baju dulu ya.” Jawab Rindu beranjak dari tempat tidurnya.
Rindu dan Angel
pun berpamitan pada Ibu Rindu untuk meminta ijin keluar rumah. “hati-hati ya di
jalan.” Ucap Ibu Rindu. “pamit dulu ya tante. Assalamualaikum.” Ucap Angel.
Dengan mengendarai
sepede motor, Angel dan Rindu bergegas pergi. Kemana arah roda motor itu pun
mereka tak tau. Tiba-tiba Rindu ingat tempat makan yang biasanya di kunjungi
bersama kekasihnya dulu. “Ngel, kita ke caffe rainbow ya.” Ajak Rindu. Angel
pun hanya menggangguk. Setibanya di sana mereka langsung duduk dan memesan
makan yang ada di daftar menu.
Sambil menunggu
makanan datang, mereka asik dengan gadget mereka dan candaan mereka yang begitu
renyah. Namun pandangan Rindu tertuju pada satu meja dalam caffe tersebut. meja
bernomor 56. Seorang pria berbaju hitam yang duduk berhadapan dengan seorang
wanita berambut panjang yang mengenakan baju orange. Tampak samping Rindu
seperti mengenali sosok pria tersebut. ucapnya lirih “Chris.”
“kamu liat siapa
Ndu?” tanya Angel yang melihat Rindu melamun mengarah pada salah satu meja di
ujung sana. “itu Chris ya Ngel?” Rindu balik bertanya pada Angel.
“mana?” jawab
Angel sambil celingukan. Tiba-tiba “makasih mbak.” Ucap Angel ramah pada
pelayan yang mengantar makanan. “Ndu ini makanannya udah dateng. Makan dulu
yuk.” Ucap Angel sambil menyodorkan menu pesanan Rindu.
Nafsu makan Rindu
seolah turun ketika dia melihat Chris bersama seorang wanita. Apakah Rindu
masih merasakan cemburu pada Chris? Chris bukan lagi orang teristimewa dalam
hidupnya. Tapi Rindu masih belum bisa melupakan semua kenangan yang di rajutnya
bersama Chris dulu. Mungkin Chris sudah bisa melakukan hal itu, tapi tidak
dengan Rindu. Sedikit ruang rindu di hatinya masih tersimpan untuk Chris. Dia
pun tak ingin berlama-lama di sana dan tak ingin memendam perasaan yang
bercampur aduk itu. Bergegaslah dia mengajak Angel pulang. Senyum dan tawanya
tak seramah dan seceria ketika dia pertama menjajaki caffe itu dan tak melihat
sosok Chris di sana.
Lambat laun, Rindu
mulai menata hatinya untuk tidak mengingat sosok Chris lagi. Dia sadar, bahwa
Chris bukanlah orang teristimewa lagi dalam hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar