Masa Orientasi Siswa
(Firstha Indriani)
Pagi itu pertama kalinya aku
masuk sma. Ya walaupun masih menjadi anak mos, dan belum secara resmi memakai
seragam putih abu-abu. Tapi setidaknya bagiku ada rasa bangga dari hal
tersebut. Dan itu pertama kalinya aku mengikuti MOS untuk tingkatan sma. Banyak
persiapan dan alat-alat yang harus dibawa selama mos tersebut.
Kelas baruku di sma adalah
tempat dimana nantinya aku mengikuti pelajaran dan beraktivitas selama menjadi
siswa sma, kelas itu disebut dengan kelas 10 E.
Hari pertama. Seperti biasa,
selalu diadakan upacara bendera. Namun ini beda dari upacara biasanya. Upacara pagi
itu sekaligus pembukaan mos tahun ajaran baru 2012-2013. Sebelumnya aku mengira
hanya pembukaan biasa oleh bapak kepala sekolah. Tapi ternyata harus ada 2
perwakilan dari siswa baru untuk menerima tanda peserta mos. Aku dan
teman-teman baruku bersiap siap turun ke lapangan untuk mengikuti upacara dan
pembukaan MOS. Dengan kesibukan masing-masing kami saling bercerita dan
berkenalan satu sama lain.
Tiba tiba aku mendengar
seseorang memanggilku. “Dek, kamu Rosi ya?” Salah seorang kakak senior
memanggilku. Aku hanya bisa menganggukan kepala dan menatap kakak senior itu
dengan wajah bingung. “Eemm..ee..iya kak. Ada apa ya kak?” Tanyaku pada kakak
senior tadi.
“Gini dek, ini kan ada
penyematan tanda pengenal peserta MOS. Nah nanti kamu yang maju buat jadi wakil
peserta MOS ya dek.” Jelas kakak senior padaku. Aku hanya terdiam. “Udah ayo,
ini udah mau dimulai dek.” Tambah kakak senior tadi sembari menggandeng tanganku
untuk secepatnya turun ke lapangan. “Tapi kak, aku sama siapa?” Tanyaku.
“Ada temennya kok dek. Sama eemm
siapa ya tadi namanya. Aku lupa, eh tapi kayaknya masih satu SMP kok sama
kamu.” Jelasnya.
Setibanya di lapangan, aku
melihat sosok pria itu lagi. Pria yang sempat dekat denganku semasa SMP dulu.
Dan saat itu aku dipertemukan kembali. Aku tak pernah berpikir sebelumnya untuk
ada dalam waktu yang sama lagi dengan pria itu. Kedua mata kami saling menatap
satu sama lain. Saling memandang dengan kegugupan masing masing. “mimpi apa aku
malam tadi? Harus berhadapan dengan pria ini lagi. Setelah sekian lama kami tak
saling sapa.” Ucapku dalam hati.
“lho Ros. Kok kamu disini?” Tanyanya padaku.
“eem
iya, nggak tau tadi tiba tiba di panggil sama kakak-kakanya itu.” Aku menjawab
dengan sebisa mungkin tidak memperlihatkan kegugupanku di depannya. Dan nantinya
kami akan berjalan beriringan berdua menuju mimbar kepala sekolah. Berjalan di
hadapan banyak orang di sekolah baru.
Detik detik upacara akan di
mulai, beberapa teman SMP ku dulu yang sempat mengerti sejauh mana kedekatanku
dengan pria itu hanya melempar senyum ketika melihatku. Bahkan ada juga yang
menggodaku dengan ledekan ledekan ala mereka. Tapi aku cukup membalasnya dengan
senyuman. Toh ini hanya sementara untuk melaksanakan perintah.
Dalam
hati aku masih bertanya tanya mengapa
pada hari itu aku dipertemukan dengannya kembali?
Setelah
upacara itu selesai, aku langsung bergegas menuju kelasku untuk bergabung
bersama teman-temanku. Teman sebangkuku saat itu adalah Anggun. Kebetulan dia
juga teman seperjuangan dan sekelasku sewaktu smp. Ketika sampai dikelas aku
langsung duduk di bangku ku dan terdiam untuk beberapa saat.
“Kamu
kenapa? Kok diem aja?” Tanya Anggun padaku. “Nggak papa kok. Cuma masih mikir
aja semalem aku mimpi apa kok hari pertama masuk sekolah aku ketemu sama cowok
itu lagi. Ini masih pertama lho.” Jelasku pada anggun.
“Ros,
udahlah, yang lalu itu biarin aja. Toh kalian tadi cuma sebentar kan. Cuma perintah
kan ros?” Kata anggun. “emm iya sih. Ah udah deh ya.” Kataku singkat.
“Ya
udah ya udah Ros. Jangan di inget inget lagi. Kamu juga yang terlalu nggak bisa
ngelupain dia.” Katanya dengan nada sedikit tertawa.
“Nggun
kamu ini....” Dan Anggun pun bergegas pergi meninggalkan aku dibangku itu.
Sepenggal
kalimat dari anggun tadi membuatku untuk berpikir, apa aku yang terlalu belum
bisa untuk melupakan dia? Kedekatan ku dengannya memang bisa dibilang cinta
monyet. Kami hanya anak bawang atau anak kemarin sore yang belum mengerti arti
lebih tentang cinta. Yang lalu biarlah berlalu. Masa sekarang adalah masa
dimana yang harus aku jalani, tanpa harus terus menerus menoleh kebelakang. Jika
aku harus melihat toh itu hanya untuk dijadikan pelajaran agar kedepannya aku
bisa menjalani hidup lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar