Minggu, 13 April 2014

ULAT BULU
(Firstha Indriani)

Disuatu siang, seekor ulat bulu bernama Miko berjalan diatas sebatang pohon mangga. Ulat itu berjalan dengan perlahan dan melihat disekelilingnya. Ulat tersebut mendapati seekor ulat yang lain sedang berdiam diri diatas ranting pohon. Dia pun mengahampiri ulat yang sedang berdiam diri itu.
“Hai ulat. Mengapa kau seorang diri?” tanya Miko.
“Aku sedang melihat semut-semut itu. mereka sangat kompak, kemana-mana  tak pernah sendirian.” Jawab ulat bulu hijau itu.
“Mengapa kau tidak pergi untuk bertemu bersama ulat-ulat lainnya?” tanya Miko. “siapa namamu?” tanyanya.
“Orang-orang memanggilku dengan sebutan ulat hijua. Aku tak punya siapa-siapa.” Jawab ulat bulu hijau itu.
“Aku Miko. Kemana ayah dan ibumu?”
“Aku tak tahu. Saat aku berubah menjadi ulat, hidupku seorang diri. Aku tak punya siapa-siapa.” Jawab ulat bulu hijau yang tampak sedih. “Aku ingin seperti semut-semut itu. mereka tak pernah kesepian. Sedangkan aku. Aku selalu sendiri. Dari ranting ke ranting aku hanya sendirian.”
“Sudahlah jangan bersedih, aku mau menjadi temanmu. Kita bisa kemana-mana bersama, jadi kau tak merasa kesepian.” Kata Miko dengan ramah.
“Benarkah? Kau mau berteman denganku Miko?” Kata ulat bulu hijau dengan bahagia.
Miko dan teman barunya ulat hijau berjalan bersama menuju ranting ke ranting. Setiap hari mereka selalu bersama. Bermain kemana-mana bersama. Ulat bulu hijau sudah tak merasakan kesepian lagi. Hinggga suatu saat disuatu senja, saat mereka berada diujung ranting.
“Miko, sebentar lagi kita akan menjadi kepompong. Selama itu kita tak akan bisa bersama lagi. Tapi kita akan bertemu saat kita telah menjadi kupu-kupu” kata ulat bulu hijau.
“Iya. Lalu, apakah kita akan masih berteman nantinya jika kita menjadi kupu-kupu?” tanya Miko.

“Pasti Miko. Aku akan tetap mengingatmu. Jika kelak aku telah menjadi kupu-kupu nanti, aku akan menemuimu Miko." janji ulat bulu hijau pada Miko.
"Terimakasih, aku akan tetap selalu mengingatmu kawan" ucap Miko tersenyum.
senja itu memisahkan Miko dan ulat bulu hijau untuk kembali ke tempat tinggal mereka masing-masing. Hari demi hari berganti. Metamorfosa ulat mulai berubah menjadi kepompong. dan selama itu mereka tak dapat bertemu dan bermain bersama. 

Dan kepompong itu mulai terbuka dan berubah menjadi kupu-kupu. Miko kini telah menjadi seekor kupu-kupu yang sangat indah. Dengan warna sayap yang berwarna warni, Miko mulai terbang. "Sungguh indah alam ini." ucap Miko ketika dia terbang dan melihat sekeliling dimana dia terbang. Hari demi hari dia lewati dan bertemu dengan kupu-kupu lainnya, setelah Miko berubah menjadi kupu-kupu. kini dia terbang kesana kemari. Menikmati indahnya alam ini. Tiba-tiba dia teringat dengan temannya dulu, ulat bulu hijau. Bagaimana kabarnya kini? ucapnya dalam hati.
Miko terbang menuju tempat dimana ulat bulu hijau tinggal. Setibanya disana, dia mendapati pohon dimana tempat tinggal ulat bulu hijau telah tiada. 

"Kemana pohon besar ini? kemana ulat bulu hijau berada?" ucap Miko dalam hati.
"Hai, kemana pohon ini?"tanya Miko pada seekor burung dara yang sedang bertengger disarangnnya. dan Miko mendekati arah sarang burung dara tersebut. 
"Pohon ini sudah lama ditebang oleh manusia." jawab burung dara.
"lalu? temanku ulat bulu hijau?" ucapnya kaget
"Pohon itu sudah ditebang menjadi beberapa bagian. Dan kau bisa melihat sendiri, sudah bersih tempat itu sekarang." jelas burung dara.

Mendengar penjelasan burung dara demikian, Miko hanya bisa diam. Dalam batinnya dia bertanya tanya, lalu kemana temanku si ulat bulu hijau? Lalu Miko kembali terbang. Kini dia tak mengerti kemana arah terbangnya kini. Dia masih heran kemana ulat bulu hijau sekarang. Sempat dia berpikir, apa mungkin kepompong itu ikut hancur ketika manusia menebang pohon tersebut? Beberapa pertanyaan terlintas dalam benak Miko. Dia merindukan ulat bulu hijau, teman lamanya sewaktu dia masih menjadi ulat.

Senin, 07 April 2014

Ruang Rindu

Aku ingin menyentuh kedua belah pipimu. Dalam hitungan detik, aku ingin menjatuhkan satu kecupan saja. Setiap hari walaupun hanya lewat pesan singkat, ucapan “selamat pagi” mu dan secuil perhatianmu selalu menjadi doping terbaik untuk semangatku. Dan setelah itu, aku bisa melewati hati panjang tanpa segera menjadi lelah.
Di suatu ruang kecil yang kita sebut sebagai tempat untuk menjadikan rindu sebagai sebuah rahasia yang dimiliki berdua. Ruang untuk kamu menumpahkan segala tawa dan untuk menyandarkan segala lelah dan berbagi cerita-cerita sederhana. Ruang yang aku yakini sebagai satu baris kalimat : “bahagia adalah sebuah perasaan yang diciptakan oleh rasa percaya.”
Tema-tema pembicaraan sederhana yang selalu kita bicarakan saat waktu dimana kita berdua. Waktu yang terasa sangat singkat saat kita berdua.
Malam itu, jam sudah menunjukan 8 lebih 10 menit. “udah jam 8, pulang sekarang yuk.” Katamu. Aku menoleh pada jam tanganku sembari mengangguk. Yah singkat sekali pertemuan kita malam ini. Akhir-akhir ini memang singkat sekali waktu untuk kita berdua. Ada kesibukan tersendiri yang kamu lakukan disana. Setibanya dirumahpun aku masih merasakan wangi parfum yang kau gunakan. Aku masih ingin lebih lama menikmati malam dengan berbagi cerita denganmu.

Dibalik itu, apakah kamu benar-benar merasakan kesedihan yang sama satiap kali kita akan berpisah? Yah, ini memang sebatas ruang kecil tentang rindu yang menjadi rahasia kita berdua kan? Ketika aku menatapmu untuk kita berpisah, aku benar-benar ingin merangkum kedua belah pipimu. Menatapmu lebih lama lagi. Mendengarkan semua ceritamu. Dan melihat senyum dan tawamu yang renyah itu.

Sabtu, 05 April 2014

ketika sebuah persahabatan terkhinati. 
dulu semua terasa indah saat kita bersama. aku kamu dia kalian mereka menjadi "kita". waktu luang selalu kita habiskan bersama. berbagi cerita dan tawa bersama. bahkan dengan menangis. indah memang itu semua. namun itu hanya dulu. sekarang kita, atau lebih tepatnya kalian telah menemukan hidup kalian masing-masing yang lebih bahagia dibanding dengan kita waktu dulu.
 mulailah pengkhianatan itu terlihat. seutas senyumpun jarang terlihat dari wajah-wajah itu lagi. aku merindukan saat itu bersama kalian. sebuah nama yang tak sengaja kita buat menjadi tanda persahabatan ini. tapi sekarang, mungkin kalian telah lupa dengan semuanya. aku masih menyimpan semua kenangan bersama kalian. 
"persahabatan bagai kepompong. mengubah ulat menjadi kupu-kupu.."
namun kini, ketika ulat telah menjadi kupu-kupu yang indah, kupu-kupu itu terbang jauh dan mungkin tak pernah kembali. 

ini ceritaku, mana ceritamu?

Tahun ini aku udah mulai memasuki sekolah baruku. Dimana aku akan mengenakan seragam putih abu-abu. Dan juga aku akan bertemu dengan teman-teman baruku di sekolah ini. Awal memasuki sekolah tahun ajaran baru, seperti biasa slalu diadakan MOS atau masa orientasi siswa. Dimana kami akan dibimbing oleh kakak senior osis untuk lebih mengenal satu sama lain dan lebih mengenal lingkungan sekolah. Saat perkenalan aku kurang memperhatikan teman-teman yang sedang berkenalan. Dan ternyata salah satu teman sekelasku ada yang berasal dari Lampung . Suatu daerah di Indonesia yang  terkenal dengan hewan Gajahnya.
Bella, dia temanku yang berasal dari Lampung. Masih ingat benar aku saat memulai berbicara pertama kali dengannya. Waktu itu aku berangkat sangat  pagi dan hanya ada dia dikelas. Dengan pedenya aku berbicara padanya dengan bahasa jawa. Dia hanya diam saat mendengarkan aku berbicara dengan bahasa jawa, lalu setelah selesai dia berkata padaku “maaf aku enggak ngerti bahasa jawa” sontak aku merasa malu dan kaget. Setelah aku tanya ternyata dia pindahan dari Lampung yang merantau disni. "eh iya maaf ya Bel, aku enggak tau." kata sambil menahan malu.Yah cukuplah untuk pembaharuan pertemanan , biar enggak bosen juga.
Waktu terus  berjalan. Tiap kali pelajaran bahasa jawa Bela tak pernah mengerti apa yang dibicarakan guru bahasa jawa kami. Dan pada tes akhir semester petama tepat saat mata pelajaran bahasa jawa, dia benar-benar tak tau  satupun maksut dari soal  tersebut. Kami semua ingin membantunya, namun apa boleh buat, dia duduk tepat di depan pengawas. Dia pun dengan bingungnya untuk menjawab soal yang ada didepannya itu.Satu persatu teman-temanku keluar ruangan karena telah selesai mengerjakan soal. Dan Bella adalah siswa terakhir yang keluar dari ruangan yang entah apa saja yang ia lakukan di dalam ruangan itu karena ketidak tahuannya akan soal bahasa jawa.
Setelah dia  keluar, dia menceritakan apa yang dia lakukan didalam pada kami. Dia mengatakan bahwa dia menulis huruf aksara Lampung sebagai jawaban untuk aksara jawa. Dan dia juga mengatakan bahwa pengawas tadi membantunya untuk menjawab soal yang hampir semuanya tidak dia ketahui. Sontak saja kami tertawa mendengar apa yang ia katakan. Betapa lugunya dia ini  akan bahasa jawa. Namun setelah beberapa bulan tinggal di jawa akhirnya diapun mulai bisa beradaptasi dengan bahasa jawa, walaupun sedikit demi sedikit.