Minggu, 26 Oktober 2014



Diam Diam Suka
(Firstha Indriani)

Sudah hampir satu semester aku melihatnya menangis. Dan ini terjadi  hampir setiap hari saat dia tiba di sekolah. Dengan wajah sediktit pucat dan seperti sangat sedih. Entahlah apa penyebab utamanya, namun sedikit terdengar olehnya bahwa seorang pria bernama Ando itulah penyebab dia menangis dan murung setiap pagi.

“kok tumben Tika jam segini belum berangkat?” tanya Cella pada Lia. “nggak tau nih, kesiangan mungkin.” Jawab Lia sembari menoleh ke arah jam dinding kelas. Tepat pukul 07.00 dan bel tanda masuk berbunyi, Tika belum juga muncul. 10 menit berlalu setelah bel tanda masuk berbunyi, tiba-tiba pintu kelas terbuka dan dibalik pintu tersebut ternyata Tika dan Ando. Ando dengan senyum yang gagah masuk ke kelas. Sedangkan Tika, dia dengan wajah agak pucat,  seperti menahan tangis dan tanpa semangat pergi ke sekolah. Anak-anak pun heran melihat Tika dan Ando yang terlambat secara bersamaan.

“ciye telat kok barengan sih.” Ledek Bastian pada kedua temannya itu. Ando hanya tersenyum mendengar ledekan Baastian tersebut. Namun, lain halnya dengan Tika. Dia langsung duduk dibangkunya dan membukukkan badannya lesu. Dia seolah mengabaikan ledekan dari temannya tersebut. “kamu kenapa? Tumben banget sih telat. Untung kelas masih belum mulai pelajaran.” Tanya Lia pada Tika. Tapi Tika tak menjawabnya dan masih acuh pada setiap perkataan teman-temannya.

Pelajaran jam kedua pun dimulai. Tika masih saja lesu dan murung. Saat waktu istirahatpun dia seolah tanpa semangat seperti teman-teman lainnya. Saat waktu pulang tiba, ternyata Ando dan Tika pulang secara bersamaan. Teman-teman yang lain sedikit heran melihat Ando dan Tika berangkat dan pulang secara bersamaan. Jarang hal ini dilakukan oleh Tika. Biasanya Tika hanya bersama sepupunya yang berada dikelas 12. Hal semacam ini menjadi rutinitas Ando dan Tika, dan juga selalu terlambat. Di sisi lain banyak yang beranggapan bahwa ada kedekatan khusus diantara mereka berdua. Hari demi hari berlalu hal ini terjadi, sedikit demi sedikit Tika mulai mau mengungkapkan isi hatinya pada Lia. Lia adalah teman Tika sejak kelas 10. Merekapun bercerita panjang lebar. Sampai terucap oleh Lia hal yang tak pernah disangka oleh Tika.
“jangan-jangan Ando suka ya sama kam Tik.” Ucap Lia
Tika pun membantah kalimat tersebut. “ hush ngawur kamu. Mana mungkin Ando suka sama aku. Ando itu seleranya tinggi, nggak mungkin kayak aku. Dan nggak mungkin juga kalo dia suka sama aku.”
“lho Tik, kok malah kamu jadi sewot gitu sih, atau jangan-jangan kamu yang suka sama Ando, sampai kamu masih mau dianter jemput sama dia, ya walaupun kalian telat terus.” Kata Lia seolah menyindir.
         
Tika sontak terdiam mendengar perkataan Lia demikian. Dia pun mulai berpikir lebih dalam. “apa aku suka sama dia?” ucapnya dalam hati. Ya bisa dibilang Tika adalah gadis yang lugu dan polos, namun dia memiliki kelebihan yaitu cantik, sholehah dan rajin.

Entahlah apa yang sebenarnya Tika rasakan. Namun dia tertekan dan penuh beban menerima kebaikan Ando. Hari itu tanggal 21 November adalah tepat Tika berulang tahun yang ke-17. Teman-teman sekelasnya berencana memberi kejutan untuknya. Dibalik kejutan dari teman-temannya, ternyata Ando memberi hadiah khusus untuk Tika. Sebuah bingkisan diberikannya secara diam-diam. Dilain hari, terlihat ada yang lain yang dikenakan oleh Tika. “wah ada yang habis ulang tahun terus tasnya baru nih.” Kata Bastian yang menggoda Tika.
 “ihh apaan sih, nggak kok. Tas aku kan rusak, makanya aku beli lagi.” Ucap Tika menanggapi ucapan Bale.
“ya kan intinya baru Tik,” balas Bastian sambil meledek ke arah Tika.  

Suatu ketika saat Tika dan Lia usai melaksanakan sholat dhuhur, tiba-tiba Lia tersadar ada yang lain lagi yang dikenakan oleh Tika.
 “eh sepatu baru yaa.” Ucap Lia.
“ini dari Ando Li.” Ucap Tika lirih pada Lia.
“Ando?” jawab Lia spontan.
“huuuss jangan keras-keras.” Kata Tika, sambil mencubit tangan Lia.
“ih sakit Tik.”
 “iyaa makanya jangan keras-keras kalo ngomong. Kamu sih dikasih tau dikit aja langsung deh.” Jawab Tika seolah kesal dengan tingkah temannya tersebut.
“emang beneran itu dari Ando? Brati kado spesial dong.”  Kata Lia sambil menggodanya. “kayaknya bener deh ada yang lain dari tingkahnya Ando.” Kata Lia sambil berjalan melewati koridor kelas.
“lain gimana? Biasa aja kayaknya, kan temen Li.” Bantah Tika.
“terus tas baru kamu itu jangan bilang juga dari........?” tanya Lia yang terlihat semakin penasaran dengan kedekatan Tika dan Ando.
Tika tidak langsung segera menjawab pertanyaan Lia. Dia hanya diam sambil menyembunyikan senyum manisnya itu.
“tuh kan senyum-senyum malu. brati temen yang spesial kan?” kata Lia sambil tertawa kecil.
Tika pun seolah tersipu malu mendengar ucapan Lia.
Hingga suatu pagi Tika kembali murung dan seolah tak kuasa menahan tangis.
“nangis lagi ni anak? Kenapa lagi sih? Nangis kok tiap pagi.” tanya Rizal. Hampir sebagian teman laki-laki meledekinya tiap pagi saat melihat Tika menangis. Ternyata Tika tak bisa menolak kebaikan Ando, walaupun terkadang dia diperlakukan tidak wajar. Entalah ada apa sebenarnya diantara Ando dan Tika. Namun seperti ada kejanggalan dibalik kebaikan Ando selama ini dengan Tika. Setiap kali orang mendengar cerita Tika, seolah berpikiran hal yang sama dan juga menyarankan hal yang sama. Tapi hal itu sulit dilakukan oleh Tika. Tika terlalu baik dan terlalu tidak tega untuk menjauhi Ando.

Kedekatan merekapun semakin hari semakin erat. Bahkan teman-teman sekelasnya sudah tak bisa mengartikan apa-apa tentang kedekatan mereka. Hingga suatu saat Tika menuliskan beberapa kata pada buku diarynya. “apa iya aku menyukai pria setampan kamu. Atau ini hanya mimpi saja bagiku? Pertanda apa aku selalu menerima kebaikanmu walaupun terkadang aku sering menangis dengan sikapmu. Benarkah ini yang namanya cinta?”



2 komentar: