SECARIK KERTAS
(Firstha Indriani)
2 piring rujak dan 2
gelas jus. menemani kita di balik teriknya matahari siang itu. tempat sederhana
yang hanya di batasi oleh sebuah gerobak berwarna hijau. dan terpal sebagi
atapnya. beralaskan tikar yang sangat sederhana dan sebuah meja kecil. ditempat
itu,yang awalnya kita hanya ingin berteduh dari terik matahari. tapi malah
menjadikan kita saling berbagi cerita lebih banyak. aku juga masih ingat saat
kamu mengeluarkan selembar kertas yang telah kamu lipat-lipat. kamu
memperlihatkan isi dari kertas tersebut padaku. dibalik kertas itu, ada
beberapa harapanmu saat tahun baru datang.
Kamu memang tipe orang yang cukup unik.
sempat meluangkan waktu hanya untuk menulis beberapa harapan yang akan kamu
lakukan. padahal remaja seusiamu saat tahun baru umumnya bersenang senang untuk
menyambut datangnya tahun baru. tapi tidak dengan kamu. dan menyimpan kertas harapan itu dibalik
dompet yang kamu satukan dengan kumpulan uang kertasmu. aku masih ingat,
harapan terakhirmu dalam kertas itu. kamu menuliskan kalimat "bisa punya
pacar" saat aku melihat dan membaca kalimat itu dalam hati aku hanya
tersenyum dan sedikit tertawa. dalam hati aku berkata, bisa-bisanya punya pacar
dijadiin harapan. segitu seriusnya ya emang?
ekspresi wajahmu terlihat heran saat
melihat aku hanya diam dan tertawa kecil.
"kok ketawa?" tanyamu saat
melihatku tertawa kecil.
"emm nggak kok, cuma geli aja sama
ini." kataku sambil menunjuk kalimat akhir tadi.
"emang salah ya kalo aku nulis
harapan kayak gitu?"
"nggak kok, kan ini harapan kamu.
jadi ya terserah kamu mau nulis harapan apa aja." kataku memperjelas.
walaupun dalam hati aku sedikit bertanya tanya tentang hal yang kamu tulis.
"tapi kenapa kamu ketawa? ngeledek
ya? " katamu yang terlihat penasaran.
"ya lucu aja keliatannya, hehe. tapi
kan nggak papa juga kamu mau nulis apa."
"kamu orang pertama yang tau isi
harapanku tahun ini lho." katamu, sambil menyentap sesendok rujak.
"oh ya?" jawabku sedikit
terkejut. "aku boleh tanya nggak tentang kertas ini?" aku mulai
memberanikan diri untuk menanyakan rasa penasaranku tentang semua harapan yang
kamu tulis dalam secarik kertas itu.
"tentang apa? kertas harapan
itu?" jawabmu yang juga mulai penasaran.
"iya. emmm apa sih motivasi kamu
nulis harapan kayak gini?" aku mulai mengeluarkan kalimat tentang rasa
penasaranku.
kamu tidak langsung menjawab. butuh waktu
beberapa detik untuk mendengarmu mejawab kalimatku. dan saat itu kita hanya
saling diam dan yang aku dapati adalah dimana kamu menatapku dengan tatapan
mata seolah olah berkata "ini cewek tanyanya beneran detail banget
ya." ketika aku melihatmu diam seperti kebingungan untuk menjawab,
akupun berusaha menarik kembali
kalimatku.
"kamu keberatan ya aku tanya kayak
gini? maaf kalau aku terlalu banyak tanya tentang kertas ini."
"nggak kok, sebeneranya aku buat
kayak gitu yaaa biar aku bisa lebih tertata ngelakuian rencanaku. setidaknya
aku punya beberapa rencana kedepan yang udah tertata." katamu berusaha
menjelaskan semua itu.
“oh gitu ya. maaf kalau aku terlalu
berlebihan tanyanya. semoga aja kamu bisa ngelakuian semua harapan yang kamu
inginkan." jawabku sembari lempar senyum.
"amin. makasih ya. eh udah nggak
terlalu panas, pulang aja yuk.”
aku hanya menganggukan kepala.
Entah
kenapa setelah aku menanyakan rasa penasaranku tentang semua harapanmu itu,
pembicaraan kita kini semakin lebih serius. pertemanan kita terbilang
belum begitu lama. tapi sosokmu yang terlihat sangat dewasa itu membuatku
merasa nyaman saat bersama denganmu. dan seolah kita tak pernah kehabisan topik
pembicaraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar