Rabu, 22 Oktober 2014


SECARIK KERTAS
(Firstha Indriani)

2 piring rujak dan 2 gelas jus. menemani kita di balik teriknya matahari siang itu. tempat sederhana yang hanya di batasi oleh sebuah gerobak berwarna hijau. dan terpal sebagi atapnya. beralaskan tikar yang sangat sederhana dan sebuah meja kecil. ditempat itu,yang awalnya kita hanya ingin berteduh dari terik matahari. tapi malah menjadikan kita saling berbagi cerita lebih banyak. aku juga masih ingat saat kamu mengeluarkan selembar kertas yang telah kamu lipat-lipat. kamu memperlihatkan isi dari kertas tersebut padaku. dibalik kertas itu, ada beberapa harapanmu saat tahun  baru datang. 
          Kamu memang tipe orang yang cukup unik. sempat meluangkan waktu hanya untuk menulis beberapa harapan yang akan kamu lakukan. padahal remaja seusiamu saat tahun baru umumnya bersenang senang untuk menyambut datangnya tahun baru. tapi tidak dengan kamu.  dan menyimpan kertas harapan itu dibalik dompet yang kamu satukan dengan kumpulan uang kertasmu. aku masih ingat, harapan terakhirmu dalam kertas itu. kamu menuliskan kalimat "bisa punya pacar" saat aku melihat dan membaca kalimat itu dalam hati aku hanya tersenyum dan sedikit tertawa. dalam hati aku berkata, bisa-bisanya punya pacar dijadiin harapan. segitu seriusnya ya emang?
ekspresi wajahmu terlihat heran saat melihat aku hanya diam dan tertawa kecil.  

"kok ketawa?" tanyamu saat melihatku tertawa kecil.
"emm nggak kok, cuma geli aja sama ini." kataku sambil menunjuk kalimat akhir tadi.
"emang salah ya kalo aku nulis harapan kayak gitu?" 
"nggak kok, kan ini harapan kamu. jadi ya terserah kamu mau nulis harapan apa aja." kataku memperjelas. walaupun dalam hati aku sedikit bertanya tanya tentang hal yang kamu tulis.
"tapi kenapa kamu ketawa? ngeledek ya? " katamu yang terlihat penasaran.
"ya lucu aja keliatannya, hehe. tapi kan nggak papa juga kamu mau nulis apa."
"kamu orang pertama yang tau isi harapanku tahun ini lho." katamu, sambil menyentap sesendok rujak.
"oh ya?" jawabku sedikit terkejut. "aku boleh tanya nggak tentang kertas ini?" aku mulai memberanikan diri untuk menanyakan rasa penasaranku tentang semua harapan yang kamu tulis dalam secarik kertas itu.
"tentang apa? kertas harapan itu?" jawabmu yang juga mulai penasaran.
"iya. emmm apa sih motivasi kamu nulis harapan kayak gini?" aku mulai mengeluarkan kalimat tentang rasa penasaranku.
kamu tidak langsung menjawab. butuh waktu beberapa detik untuk mendengarmu mejawab kalimatku. dan saat itu kita hanya saling diam dan yang aku dapati adalah dimana kamu menatapku dengan tatapan mata seolah olah berkata "ini cewek tanyanya beneran detail banget ya." ketika aku melihatmu diam seperti kebingungan untuk menjawab, akupun  berusaha menarik kembali kalimatku. 
"kamu keberatan ya aku tanya kayak gini? maaf kalau aku terlalu banyak tanya tentang kertas ini."
"nggak kok, sebeneranya aku buat kayak gitu yaaa biar aku bisa lebih tertata ngelakuian rencanaku. setidaknya aku punya beberapa rencana kedepan yang udah tertata." katamu berusaha menjelaskan semua itu.
“oh gitu ya. maaf kalau aku terlalu berlebihan tanyanya. semoga aja kamu bisa ngelakuian semua harapan yang kamu inginkan." jawabku sembari lempar senyum.
"amin. makasih ya. eh udah nggak terlalu panas, pulang aja yuk.”
aku hanya menganggukan kepala.
          
           Entah kenapa setelah aku menanyakan rasa penasaranku tentang semua harapanmu itu, pembicaraan kita kini semakin lebih serius. pertemanan kita terbilang belum begitu lama. tapi sosokmu yang terlihat sangat dewasa itu membuatku merasa nyaman saat bersama denganmu. dan seolah kita tak pernah kehabisan topik pembicaraan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar